Kamis, 08 November 2018

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI







SKIZOFRENIA
Disusun Oleh:
Nama                                      : Rizki Fauzan Pratama
NPM                                       : 16515145
Jurusan                                  : Psikologi


DEPOK
2018




Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang atau pola asuhanak yang tidak baik sampai bencana alamyang melanda negara kita. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, maka ada kecenderungan seseorang untuk mengalami skizofrenia. Orang yang mengalami skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu unsur kehidupan yang terpenting. Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan antipsikotik. . Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif mengobati skizofrenia. Orang yang rentan terkena skizofrenia adalah mereka yang memiliki keturunan wiraya keluarga skizofrenia, mereka yang terjangkit virus saat berada dalam kandungan, pemakai narkoba. Skizofrenia dapat dicegah dengan cara menghindari penyalahgunaan narkoba. Pilih metode yang sesuai untuk menghilangkan stres, menjaga pola pikir positif, dan luangkan waktu istirahat yang cukup untuk membantu menjaga kesehatan mental Anda.
Gejala skizofrenia diawali dengan  Gejala positif dan negative “Gejala positif”, juga disebut sebagai “gejala akut”, merupakan pikiran dan indera yang tidak biasa, bersifat surreal, yang mengarah ke perilaku pasien yang tidak normal. Gejala-gejala ini bisa kambuh, termasuk: Delusi: memiliki keyakinan yang kuat terhadap suatu hal tanpa dasar yang jelas, tetap teguh walaupun bukti menyatakan sebaliknya dan tidak bisa dikoreksi dengan logika dan akal sehat, misalnya berpikir bahwa dirinya dianiaya, seseorang sedang mengendalikan pikiran dan perilakunya, atau berpikir bahwa orang lain sedang membicarakannya. Halusinasi: pasien merasakan sesuatu yang sangat nyata, yang sebenarnya tidak ada, misalnya melihat beberapa gambar yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, mendengar suara atau sentuhan yang tidak ada.  Gangguan pikiran: pikiran tidak jelas, kurangnya kontinuitas dan logika, bicara dengan tidak teratur, berbicara dengan dirinya sendiri atau berhenti berbicara secara tiba-tiba, Perilaku aneh, berbicara dengan dirinya sendiri, menangis atau tertawa secara tidak terduga atau bahkan berpakaian dengan cara yang aneh, sedangkan gejala negif, juga disebut sebagai “gejala kronis”, lebih sulit untuk dikenali dari pada “gejala positif” dan biasanya menjadi lebih jelas setelah berkembang menjadi gejala positif. Jika kondisinya memburuk, kemampuan kerja dan perawatan diri pasien akan terpengaruh. Gejala-gejala ini antara lain: Penarikan sosial: menjadi tertutup, dingin, egois, terasing dari orang lain, dll. Kurangnya motivasi: hilangnya minat terhadap hal-hal di sekitarnya, bahkan kebersihan pribadi dan perawatan diri. Berpikir dan bergerak secara lambat, Ekspresi wajah yang datar.
Jika Anda merasa bahwa teman-teman atau keluarga Anda mengalami gejala di atas, Anda wajib mendorong mereka untuk berkonsultasi kepada dokter keluarga, yang akan merujuk mereka ke psikiater, bila diperlukan. Selain pemeriksaan tubuh secara normal, dokter mungkin akan melakukan tes kesehatan berikut ini untuk keperluan diagnosis skizofrenia, tergantung pada kondisi pasien:
1.      Evaluasi psikologis: melalui percakapan, kuesioner, dll, dokter bisa memahami dan menganalisis gejala-gejala pasien, untuk mendiagnosis apakah pasien menderita skizofrenia atau penyakit mental lainnya. Skizofrenia bisa dibagi lagi menjadi jenis Paranoid, Katatonik, Tidak Terorganisir, dan Residual. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien mengonsumsi minuman beralkohol atau narkoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi diri pasien.
2.       Analisis sampel darah, pemindaian tomografi terkomputerisasi atau MRI
(pencitraan resonansi magnetik - magnetic resonance imaging) bisa membantu menyingkirkan diagnosis gangguan fisik lain yang bisa menyebabkan gejala yang menyerupai penyakit skizofrenia.
Tindakan pengobatan terhadap skizofrenia
1.      Obat
Obat bisa mengurangi atau menghilangkan gejala positif dari pasien secara efektif, misalnya delusi, halusinasi, dan pikiran yang tidak teratur. Obat juga bisa mengendalikan kecemasan dan membantu pasien untuk kembali ke kehidupan nyata. Namun ada efek samping dari obat yang dikonsumsi, misalnya kekakuan otot, gerakan yang lambat, tangan gemetar, mulut kering, sembelit, kelelahan, detak jantung yang cepat, dan peningkatan berat badan. Dokter biasanya meresepkan dua jenis obat antipsikotik (obat untuk penyakit mental), yang merupakan antipsikotik tipikal (misalnya Haloperidol, Thioridazine, dan Fluphenazine) dan antipsikotik atipikal (misalnya Clozapine, Risperidone, dan Olanzapine). Dokter akan meresepkan berbagai jenis obat yang berbeda, tergantung pada kondisi pasien, status pengobatan, dan reaksi pasien terhadap obat. Kedua jenis obat bisa memberikan efek samping yang berbeda.
2.      Pengobatan ajuvan
Rehabilitasi bisa membantu dan melatih pasien untuk menghadapi dan mengelola kehidupan mereka sehari-hari. Tergantung pada kondisi tiap individu, para ahli medis profesional akan menetapkan program pengobatan yang sesuai bagi diri pasien, misalnya pelatihan perawatan diri (termasuk kebersihan diri, memasak, keselamatan rumah tangga, adaptasi terhadap masyarakat, dan penggunaan uang), pelatihan kemampuan kerja manajemen stres, dan keterampilan interpersonal dengan anggota keluarga lainnya. Dukungan keluarga juga sangat penting bagi pasien. Jika keluarganya menghadapi pasien skizofrenia dengan cara dan sikap yang benar, mendukung pasien dengan mengikuti program pengobatan dengan benar, dan mengawasi perubahan kondisi dan gejalanya, maka pasien akan mendapatkan perawatan yang lebih baik. Namun, anggota keluarganya juga harus memperhatikan kesehatan fisik dan mental mereka sendiri, belajar bagaimana cara untuk bersantai, dan mencari bantuan jika diperlukan saat merawat pasien. Anggota keluarga harus menahan diri untuk tidak mengungkapkan komentar secara kritis, membuat sikap bermusuhan, dan menumbuhkan perasaan ikut campur secara berlebihan kepada diri pasien. Menurut penelitian yang dilakukan, sikap-sikap yang tidak diinginkan ini (emosi yang dikeluarkan secara negatif) telah terbukti meningkatkan tingkat kekambuhan penyakit skizofreniaLingkungan sekitar akan memengaruhi kondisi perawatan diri pasien. Biasanya tempat-tempat yang dirasakan paling nyaman oleh pasien akan dipilih, misalnya perawatan di rumah. Jika ada kebutuhan khusus, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Cara untuk merawat pasien skizofrenia:
Skizofrenia memiliki tingkat kekambuhan yang sangat tinggi, pasien harus berkonsultasi kepada dokter secara berkala dan minum obat dengan dosis dan interval waktu seperti yang ditetapkan oleh dokter. Bagi sebagian besar pasien, pengobatan jangka panjang bisa mengurangi kemungkinan kambuh secara signifikan dan menjaga diri pasien dalam keadaan rehabilitasi. Selain itu, pasien harus menjalani pelatihan rehabilitasi, kembali ke masyarakat secara bertahap untuk pemulihan yang lebih cepat.
            Anggota keluarga wajib mendukung dan membantu pasien untuk mengikuti program pengobatan serta mengikuti kegiatan sosial, demi mendapatkan kehidupan sosial yang lebih baik. Selain itu, anggota keluarga harus mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan pasien dengan cara yang lebih positif dan bersifat langsung, memperhatikan peningkatan kesehatan pasien, dan memberikan pujian dan dorongan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien.


Daftar Pustaka
Jarut,Y.M , Wiyono,W.I. Tujuan penggunaan anti psikotik pengobatan skozofrenia dirumah sakit.Jurnal Ilmia Farmasi. 2(3), 1-4