UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
SKIZOFRENIA
Disusun Oleh:
Nama : Rizki Fauzan Pratama
NPM :
16515145
Jurusan :
Psikologi
DEPOK
2018
Pada
saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan terkait
dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia, mulai
dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang
atau pola asuhanak yang tidak baik sampai bencana alamyang melanda negara kita.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah-masalah psikososial maupun
ekonomi, maka ada kecenderungan seseorang untuk mengalami skizofrenia. Orang
yang mengalami skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal
kesehatan jiwa adalah salah satu unsur kehidupan yang terpenting. Salah satu
penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan antipsikotik. .
Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif mengobati
skizofrenia. Orang yang rentan terkena skizofrenia adalah mereka yang memiliki
keturunan wiraya keluarga skizofrenia, mereka yang terjangkit virus saat berada
dalam kandungan, pemakai narkoba. Skizofrenia dapat dicegah dengan cara menghindari
penyalahgunaan narkoba. Pilih metode yang sesuai untuk menghilangkan stres,
menjaga pola pikir positif, dan luangkan waktu istirahat yang cukup untuk
membantu menjaga kesehatan mental Anda.
Gejala
skizofrenia diawali dengan Gejala
positif dan negative “Gejala positif”, juga disebut sebagai “gejala akut”,
merupakan pikiran dan indera yang tidak biasa, bersifat surreal, yang mengarah
ke perilaku pasien yang tidak normal. Gejala-gejala ini bisa kambuh, termasuk:
Delusi: memiliki keyakinan yang kuat terhadap suatu hal tanpa dasar yang jelas,
tetap teguh walaupun bukti menyatakan sebaliknya dan tidak bisa dikoreksi
dengan logika dan akal sehat, misalnya berpikir bahwa dirinya dianiaya,
seseorang sedang mengendalikan pikiran dan perilakunya, atau berpikir bahwa
orang lain sedang membicarakannya. Halusinasi: pasien merasakan sesuatu yang
sangat nyata, yang sebenarnya tidak ada, misalnya melihat beberapa gambar yang
tidak bisa dilihat oleh orang lain, mendengar suara atau sentuhan yang tidak
ada. Gangguan pikiran: pikiran tidak
jelas, kurangnya kontinuitas dan logika, bicara dengan tidak teratur, berbicara
dengan dirinya sendiri atau berhenti berbicara secara tiba-tiba, Perilaku aneh,
berbicara dengan dirinya sendiri, menangis atau tertawa secara tidak terduga
atau bahkan berpakaian dengan cara yang aneh, sedangkan gejala negif, juga
disebut sebagai “gejala kronis”, lebih sulit untuk dikenali dari pada “gejala
positif” dan biasanya menjadi lebih jelas setelah berkembang menjadi gejala
positif. Jika kondisinya memburuk, kemampuan kerja dan perawatan diri pasien
akan terpengaruh. Gejala-gejala ini antara lain: Penarikan sosial: menjadi
tertutup, dingin, egois, terasing dari orang lain, dll. Kurangnya motivasi:
hilangnya minat terhadap hal-hal di sekitarnya, bahkan kebersihan pribadi dan
perawatan diri. Berpikir dan bergerak secara lambat, Ekspresi wajah yang datar.
Jika
Anda merasa bahwa teman-teman atau keluarga Anda mengalami gejala di atas, Anda
wajib mendorong mereka untuk berkonsultasi kepada dokter keluarga, yang akan
merujuk mereka ke psikiater, bila diperlukan. Selain pemeriksaan tubuh secara
normal, dokter mungkin akan melakukan tes kesehatan berikut ini untuk keperluan
diagnosis skizofrenia, tergantung pada kondisi pasien:
1.
Evaluasi psikologis: melalui percakapan,
kuesioner, dll, dokter bisa memahami dan menganalisis gejala-gejala pasien,
untuk mendiagnosis apakah pasien menderita skizofrenia atau penyakit mental
lainnya. Skizofrenia bisa dibagi lagi menjadi jenis Paranoid, Katatonik, Tidak
Terorganisir, dan Residual. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien
mengonsumsi minuman beralkohol atau narkoba untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik terhadap kondisi diri pasien.
2.
Analisis sampel darah, pemindaian tomografi
terkomputerisasi atau MRI
(pencitraan
resonansi magnetik - magnetic resonance imaging) bisa membantu menyingkirkan
diagnosis gangguan fisik lain yang bisa menyebabkan gejala yang menyerupai
penyakit skizofrenia.
Tindakan pengobatan
terhadap skizofrenia
1.
Obat
Obat
bisa mengurangi atau menghilangkan gejala positif dari pasien secara efektif, misalnya
delusi, halusinasi, dan pikiran yang tidak teratur. Obat juga bisa mengendalikan
kecemasan dan membantu pasien untuk kembali ke kehidupan nyata. Namun ada efek
samping dari obat yang dikonsumsi, misalnya kekakuan otot, gerakan yang lambat,
tangan gemetar, mulut kering, sembelit, kelelahan, detak jantung yang cepat,
dan peningkatan berat badan. Dokter biasanya meresepkan dua jenis obat
antipsikotik (obat untuk penyakit mental), yang merupakan antipsikotik tipikal
(misalnya Haloperidol, Thioridazine, dan Fluphenazine) dan antipsikotik
atipikal (misalnya Clozapine, Risperidone, dan Olanzapine). Dokter akan
meresepkan berbagai jenis obat yang berbeda, tergantung pada kondisi pasien,
status pengobatan, dan reaksi pasien terhadap obat. Kedua jenis obat bisa
memberikan efek samping yang berbeda.
2.
Pengobatan ajuvan
Rehabilitasi
bisa membantu dan melatih pasien untuk menghadapi dan mengelola kehidupan
mereka sehari-hari. Tergantung pada kondisi tiap individu, para ahli medis profesional
akan menetapkan program pengobatan yang sesuai bagi diri pasien, misalnya
pelatihan perawatan diri (termasuk kebersihan diri, memasak, keselamatan rumah
tangga, adaptasi terhadap masyarakat, dan penggunaan uang), pelatihan kemampuan
kerja manajemen stres, dan keterampilan interpersonal dengan anggota keluarga
lainnya. Dukungan keluarga juga sangat penting bagi pasien. Jika keluarganya
menghadapi pasien skizofrenia dengan cara dan sikap yang benar, mendukung
pasien dengan mengikuti program pengobatan dengan benar, dan mengawasi
perubahan kondisi dan gejalanya, maka pasien akan mendapatkan perawatan yang
lebih baik. Namun, anggota keluarganya juga harus memperhatikan kesehatan fisik
dan mental mereka sendiri, belajar bagaimana cara untuk bersantai, dan mencari
bantuan jika diperlukan saat merawat pasien. Anggota keluarga harus menahan
diri untuk tidak mengungkapkan komentar secara kritis, membuat sikap
bermusuhan, dan menumbuhkan perasaan ikut campur secara berlebihan kepada diri
pasien. Menurut penelitian yang dilakukan, sikap-sikap yang tidak diinginkan
ini (emosi yang dikeluarkan secara negatif) telah terbukti meningkatkan tingkat
kekambuhan penyakit skizofreniaLingkungan sekitar akan memengaruhi kondisi
perawatan diri pasien. Biasanya tempat-tempat yang dirasakan paling nyaman oleh
pasien akan dipilih, misalnya perawatan di rumah. Jika ada kebutuhan khusus,
pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Cara untuk merawat
pasien skizofrenia:
Skizofrenia
memiliki tingkat kekambuhan yang sangat tinggi, pasien harus berkonsultasi
kepada dokter secara berkala dan minum obat dengan dosis dan interval waktu
seperti yang ditetapkan oleh dokter. Bagi sebagian besar pasien, pengobatan
jangka panjang bisa mengurangi kemungkinan kambuh secara signifikan dan menjaga
diri pasien dalam keadaan rehabilitasi. Selain itu, pasien harus menjalani
pelatihan rehabilitasi, kembali ke masyarakat secara bertahap untuk pemulihan
yang lebih cepat.
Anggota keluarga wajib mendukung dan membantu pasien
untuk mengikuti program pengobatan serta mengikuti kegiatan sosial, demi
mendapatkan kehidupan sosial yang lebih baik. Selain itu, anggota keluarga
harus mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan pasien dengan cara yang
lebih positif dan bersifat langsung, memperhatikan peningkatan kesehatan pasien,
dan memberikan pujian dan dorongan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien.
Daftar
Pustaka
Jarut,Y.M ,
Wiyono,W.I. Tujuan penggunaan anti psikotik pengobatan skozofrenia dirumah
sakit.Jurnal Ilmia Farmasi. 2(3), 1-4